Sabtu, 20 Oktober 2007

Menjadi Guru Peneliti

BUDAYA MENELITI

Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan.Nama & E-mail (Penulis): isjoni Saya Dekan di FKIP UNRI Judul Artikel: Budaya Meneliti Topik: Budaya Meneliti Tanggal: 8 Pebruari 2004Drs.Isjoni, MSi
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan kepada kita sesuatu yang sangat berharga, dan pemberian itulah yang membedakan kita dengan makhluk lainnya yang diciptakan Allah SWT, yakni apa yang disebut dengan "akal", dengan akal tersebut kita di suruh untuk berpikir. Mencari tahu apa-apa yang ada di atas permukaan bumi ini, menganalisis sesuatu, serta menemukan akar permasalahannya, selanjutnya ditemukan solusi dan alternatif pemecahannya, kemudian diberikan kesimpulan dan beberapa rekomendasi sebagai suatu proses dari rasa keinginan tahuan terhadap suatu persoalan. Koentjaraningrat seorang Antropolog mengatakan bahwa suatu ciri khas manusia adalah bahwa ia selalu ingin tahu; dan setelah itu ia memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, maka segera kepuasannya disusul lagi dengan kecendrungan untuk ingin lebih tahu lagi. Begitulah seterusnya, hingga tidak sesaatpun ia sampai pada kepuasan mutlak untuk menerima realitas yang dihadapinya sebagai titik terminasi yang mantap. Sifat keingintahuan tersebut kalau direnung-renung dengan akal sehat, merupakan kodrati manusia, keingintahuan" terhadap sesuatu merupakan sesuatu yang mutlak dilakukannya. Di dalam kehidupan sehari-hari manusia secara langsung sifat tersebut teraplikasi di dalam dirinya. Alam yang terben-tang luas ini merupakan "rahasia" yang perlu dipikirkan dan dikaji oleh kita dan banyak masalah-masalah yang perlu dikaji, baik masalah pendidikan, sosial budaya, sosial ekonomi, dekadensi moral, dan sebagainya. Dari rasa keingintahuan itulah akan menimbulkan budaya meneliti bagi seseorang, apalagi seorang pendidik, dalam hal ini guru. Guru yang baik adalah guru yang mau belajar, mau membaca dan mau mendengar sehingga memiliki kemampuan dan wawasan berpikir ilmiah. Ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan hitungan detik dan menit senantiasa berubah, guru harus mampu mengakselerasikan perubahan tersebut, kalau tidak maka akan terasa kerdilnya kita. Budaya meneliti harus selalu dikembangkan dan diaplikasikan, dengan budaya tersebut, maka kita tahu dan paham dengan berbagai persoalan dan menemukan solusinya, demikian pula akan mampu memberikan suatu kesimpulan dari suatu permasalahan. Mana kita tahu, mengapa nilai belajar anak didik kita merosot, selama ini kita hanya menyalahkan anak didik kita yang malas belajar, kurikulum yang terlalu padat, atau alat evaluasilah yang kurang shahih, atau gurulah yang tidak mampu mengajar, hal-hal tersebut bisa saja dijadikan indikator. Akan tetapi ada hal-hal mustahak yang tidak kita ketahui, bagaimana untuk mengetahui persoalan yang mustahak itu, harus melalui suatu penelitian. Dengan penelitian itulah kita mengetahui dan memahami akar permasalahan (grassroot), dan dengan demikian akan menjadi suatu rekomendasi yang sangat berharga bagi perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan. Selanjutnya bagi pelaksana pendidikan maupun para pengambil keputusan kiranya dapat menjadi bahan pertimbangan untuk terus memacu dan meningkatkan kinerjanya ke depan. Karena pada kesempatan ini guru berkecimpung dalam dunia pendidikan, maka masalah yang perlu kita teliti tentu menyangkut masalah pendidikan. Selain dari pada itu yang perlu diketahui oleh guru bahwa budaya meneliti itu berguna bagi guru ? Budaya meneliti bagi guru dimulai dari suatu masalah, ketidak sesuaian antara desain dan desollen, antara apa yang ada dengan apa yang akan diharapkan. Akibat ketidaksesuaian tersebutlah menimbulkan permasalahan, dan dari permasalahan tersebut dilakukan kajian, dan dari kajian itu kita menemukan jalan keluarnya. Sebenarnya banyak hal yang dapat menjadi bahan kajian dari guru, jika guru ingin mengembangkan budaya meneliti. Karena guru secara langsung terlibat di dalam proses belajar mengajar, setiap saat guru bertungkuslumus dengan berbagai permasalahan, apakah menyangkut dengan hasil belajar anak, disiplin belajar anak, proses pembelajaran guru, hubungan guru dengan siswa, unjuk rasa para siswa, tata tertib sekolah, tata krama siswa, keterampilan mengajar guru, organisasi siswa, peran orang tua terhadap anak, dan masih banyak persoalan yang dapat dikembang dalam suatu penelitian. Demikian pula persoalan yang ditemukan di luar lingkungan sekolah, seperti kenakalan remaja, tertib berlalu lintas, maraknya narkoba, kebut-kebutan dijalan, prostitusi, judi dan minuman keras, Wanita Tuna Susila, siskamling, tawuran antara pelajaran, dan masih banyak persoalan yang dapat diangkut oleh guru, kalau benar-benar ingin mengembangkan budaya meneliti. Terasa dan sangat dirasakan sekali, sebenarnya budaya meneliti tidak terlepas dari kebiasaan seseorang dalam tulis menulis ilmiah. Guru yang selalu melakukan kegiatan membuat karya ilmiah, maka ini merupakan salah satu pengembangan budaya meneliti. Namun, budaya ini memang kurang diminati para guru, dan guru kurang terbiasa melakukan hal ini, karena mungkin kesibukan mengajar sehingga waktu untuk digunakan menulis dan meneliti kurang tersedia, atau bisa saja ketidaktahuannya bagaimana menulis suatu karya ilmiah, dan mungkin saja menulis karya ilmiah hanya tugas para dosen di perguruan tinggi saja, dan banyak faktor lainnya yang menyebabkan keengganan guru dalam mengembangan budaya menulis atau meneliti. Kalau benar-benar direnungkan, tidak ada kata "tidak bisa" di atas dunia ini, tidak ada kata sukar jika dicoba. Belum dicoba sudah mengatakan tidak bisa dan sukar dilakukan, mana mungkin suatu keinginan akan tercapai. Oleh sebab itu,memang diperlukan motivasi dan proaktif seseorang untuk dapat mengembangkan budaya meneliti. Perlu diketahui kiat-kiat suatu penelitian, perlu banyak membaca, mengamati, dan mengevaluasi, nah inilah yang menjadi modal bagi guru jika ingin mengembangkan budaya meneliti. Bagaimana kita mau perang, jika strategi perang dan senjata yang akan digunakan tidak kita ketahui, demikian pula untuk mengembangkan budaya ini, kita harus memiliki seperti apa yang disebutkan di atas. Ke depan, budaya meneliti akan menjadi suatu kewajiban bagi seorang guru, apalagi berkaitan dengan kenaikan pangkat. Naif rasanya apabila anak didik kita rangsang untuk meneliti karya ilmiah dalam rangka Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR), guru pembimbing sendiri tidak pernah melakukan suatu penulisan atau penelitian. Bagaimana kita bisa memberikan nilai suatu karya ilmiah, kita sendiri belum pernah mencobanya, oleh sebab itu layak kiranya kita para guru sedini mungkin mencoba untuk meluangkan waktu untuk mengembangkan budaya menulis dan meneliti ini, cobalah dengan metode "trial and eror", biarlah pada awalnya penilaian orang belum baik, karena kita selalu bertanya dan belajar terus, Pengalaman menunjukan, bahwa pada tahap awal, apapun yang kita lakukan dan sangat-sangat dirasakan pasti banyak kelemahan dan kekurangan. Kekurangan itu sangat dimaklumi, namanya orang baru belajar, masih untung mau melakukan dari pada tidak sama sekali. Akan tetapi kita berharap jangan sampai patah arang, hilang motivasi, dan jangan malu bertanya. maka tidak mustahil suatu waktu karya kita akan bermutu, dan akan tetap mengembangkan budaya meneliti ini sampai kapan pun. Semoga.
Saya isjoni setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan sah (tidak ada copyright). .
CATATAN:Artikel-artikel yang muncul di sini akan tetap di pertanggungjawabkan oleh penulis-penulis artikel masing-masing dan belum tentu mencerminkan sikap, pendapat atau kepercayaan Pendidikan Network.